Seorang pemuda sedang dalam perjalanannya dalam sebuah
kereta.Di depannya duduk seorang bapak setengah baya.
Beberapa saat kemudian,si pemuda bertanya kepada bapak itu, “Jam berapa sekarang, Pak?”,tanya si pemuda dengan sopan.
Pertanyaan yang kiranya cukup wajar dan biasa kita tanyakan atau dengarkan di manapun itu kapanpun itu dan kepada siapapun.Bila sopan kita menanyakannya niscaya kitapun cenderung mendapatkan jawabannya pula.
Tapi kali ini kiranya diluar dugaan, si bapak hanya diam tanpa memberi jawaban. Si pemuda mengira sang bapak agak kurang pendengarannya,maka ia pun mengulang pertanyaannya tetap dengan sopan,bahkan sampai 3 kali.
Tapi si bapak tetap diam tak bersuara sedikitpun. Dengan sedikit jengkel,akhirnya si pemuda mencolek bapak tersebut seraya berkata, Saya heran kenapa bapak tak menjawab pertanyaan saya? memang apa salahnya bila bapak menjawab?''
Si bapak menimpali, “Bukannya saya tak mau jawab, tapi kalau saya jawab, kita ntar bisa jadi ngobrol lagi lebih jauh,terus kita bisa jadi akrab”.
Si pemuda tercengang mendengar uraian bapak tadi.
Bertanya lagilah si pemuda, “Memang apa salahnya kalau ngobrol dan kita jadi akrab?”
Si bapak berucap, “Nanti di stasiun saya dijemput istri dan anak gadis saya,kalau kita jadi akrab kemudian turun sama-sama ,terus saya bisa jadi mengenalkan kamu pada mereka.”
Si pemuda tambah rancau makin penasaran. “Terus pak??” tanyanya lagi.
“Istri saya itu orangnya amat baik sekali pada sesiapapun,jadi bisa jadi dia nawarin kamu mampir ke rumah. Bisa jadi kamu mandi di rumah kami, bisa jadi juga makan bersama di rumah kami.Kalau sudah begitu,bisa jadi kamu akrab dengan anak gadis saya,bahkan kamu bisa jadi pacar anak saya.Dan lama-lama kamu bisa jadi menantu saya,” kata si bapak lagi.
Si pemuda yang sedari tadi sudah rancau jadi makin bingung. Kemudian dia bertanya, “Terus apa hubungannya dengan awal pertanyaan saya tadi Pak??”
Seraya berdiri bapak tersebut menjawab dengan lantang,
“Masalahnya??? saya itu tak ingin punya menantu seperti kamu,jam tangan aja tidak punya.''
#%** sompret ^%#@
Beberapa saat kemudian,si pemuda bertanya kepada bapak itu, “Jam berapa sekarang, Pak?”,tanya si pemuda dengan sopan.
Pertanyaan yang kiranya cukup wajar dan biasa kita tanyakan atau dengarkan di manapun itu kapanpun itu dan kepada siapapun.Bila sopan kita menanyakannya niscaya kitapun cenderung mendapatkan jawabannya pula.
Tapi kali ini kiranya diluar dugaan, si bapak hanya diam tanpa memberi jawaban. Si pemuda mengira sang bapak agak kurang pendengarannya,maka ia pun mengulang pertanyaannya tetap dengan sopan,bahkan sampai 3 kali.
Tapi si bapak tetap diam tak bersuara sedikitpun. Dengan sedikit jengkel,akhirnya si pemuda mencolek bapak tersebut seraya berkata, Saya heran kenapa bapak tak menjawab pertanyaan saya? memang apa salahnya bila bapak menjawab?''
Si bapak menimpali, “Bukannya saya tak mau jawab, tapi kalau saya jawab, kita ntar bisa jadi ngobrol lagi lebih jauh,terus kita bisa jadi akrab”.
Si pemuda tercengang mendengar uraian bapak tadi.
Bertanya lagilah si pemuda, “Memang apa salahnya kalau ngobrol dan kita jadi akrab?”
Si bapak berucap, “Nanti di stasiun saya dijemput istri dan anak gadis saya,kalau kita jadi akrab kemudian turun sama-sama ,terus saya bisa jadi mengenalkan kamu pada mereka.”
Si pemuda tambah rancau makin penasaran. “Terus pak??” tanyanya lagi.
“Istri saya itu orangnya amat baik sekali pada sesiapapun,jadi bisa jadi dia nawarin kamu mampir ke rumah. Bisa jadi kamu mandi di rumah kami, bisa jadi juga makan bersama di rumah kami.Kalau sudah begitu,bisa jadi kamu akrab dengan anak gadis saya,bahkan kamu bisa jadi pacar anak saya.Dan lama-lama kamu bisa jadi menantu saya,” kata si bapak lagi.
Si pemuda yang sedari tadi sudah rancau jadi makin bingung. Kemudian dia bertanya, “Terus apa hubungannya dengan awal pertanyaan saya tadi Pak??”
Seraya berdiri bapak tersebut menjawab dengan lantang,
“Masalahnya??? saya itu tak ingin punya menantu seperti kamu,jam tangan aja tidak punya.''
#%** sompret ^%#@
0 komentar:
Posting Komentar